Jumat, 24 Desember 2010

Toilet Training Sejak Dini


Hal yang menyebalkan sekaligus menggemaskan buat orangtua ketika anaknya buang air kecil atau buang besar di lantai yang sudah bersih. Atau pipis di kasur yang kain penutupnya bare diganti dengan yang bersih dan wangi. Akibatnya, cucian bekas ompol menumpuk yang seakan-akan menghantui Anda, karena tumpukan itu tidak pemah berkurang. Kalau bukan karena sayang anak dan sadar risiko menjadi orangtua ingin marah-marah terus rasanya.

Usia 3 Tahun Masih Wajar
Kebiasaan mengompol pada anak di bawah usia 2 tahun merupakan hal yang wajar, bahkan ada beberapa anak yang masih mengompol pada usia 4-5 tahun dan sesekali terjadi pada anak 7 tahun. Anak di bawah usia 2 tahun mengompol karma belum sempumanya kontrol kandung kemih atau toilet trainingnya.

Ada beberapa penelitian dan literatur yang menyebutkan kira-kira setengah dari anak umur 3 tahun masih mengompol. Bahkan beberapa ahli menganggap bahwa anak umur enam tahun masih mengompol itu wajar, walaupun itu hanya dilakukan oleh sekitar 12 % anak umur 6 tahun. Tapi, bukan berarti anak tidak diajarkan bagaimana cara benar untuk buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) yang benar dan di tempat yang tepat bukan? Karena kita juga harus memperhitungkan masa sekolah anak, di mana biasanya ketika sudah bersekolah ada tuntutan bagi anak untuk tidak lagi pipis sembarangan.

Toilet training merupakan cara untuk melatih anak agar bisa mengontrol buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB). Dengan toilet training diharapkan dapat melatih anak untuk mampu BAK dan BAB di tempat yang telah ditentukan. Selain itu, toilet training juga mengajarkan anak untuk dapat membersihkan kotorannya sendiridan memakai kembali celananya, demikian menurut Siti Mufattahah, S.Psi; Psikolog dan staf pengajar dari Jurusan Psikologi Universitas Gunadarma, Depok.

Bisa Dimulai Sejak Usia 2 Bulan
Memang untuk mengajarkan toilet training pada anak gampang-gampang susah. Namun demikian sebagai orangtua tetap perlu mengajarkan pada anaknya. Untuk mengajarkan toilet training pada anak bisa dimulai sejak usia 1 sampai 3 tahun. Pada saat usia tersebut, si anak harus mampu melakukan toilet training. Jika si anak tidak mampu melakukan toilet training sendiri boleh jadi anak pernah mengalami hambatan.

Cara orangtua mendidik anaknya agar terbiasa untuk dapat pipis atau BAB sesuai waktunya, stimulasinya bisa dimulai sejak usia 2 bulan. Caranya, orangtua bisa memeriksa popoknya atau mengganti popoknya setelah basah. Karena orangtua sebagai orang yang terdekat dengan anaknya mengetahui kapan waktu anaknya BAK atau pun BAB.

Apabila anak sejak usia 2 bulan tidak mampu diajarkan toilet training, tidak ada salahnya anak diajarkan saat usia 1 tahun. Perlu diingat anak pada usia 1 tahun mengalami fase anal. Pada fase ini anak mencapai kepuasan melalui bagian anus. Fase kepuasan ini berhubungan dengan kebersihan dan jadwal kedisiplinan.

Jadi, seorang anak minimal sudah diajarkan sejak usia 1 tahun. Bila anak diajarkan ketika berusia lebih dari 3 tahun dikhawatirkan akan agak susah mengubah perilaku anak. Selain itu, bila anak sudah lebih dari 3 tahun belum mampu untuk toilet training, boleh jadi ia mengalami kemunduran. Karena pada saat usia 1 sampai 3 tahun ia belum mampu melakukan buang air sesuai dengan waktu dan tempat yang telah ditentukan. Akibatnya, anak bisa menjadi bahan cemoohan teman-temannya.

Anak usia 4 tahun yang tidak mampu BAK atau BAB sesuai waktu dan tempat yang telah disediakan boleh dianggap kurang wajar. Tetapi pada usia tiga tahun masih dianggap wajar bila BAK atau BAB di celananya. Namun begitu, bukan berarti orangtua membiarkan saja. Berilah pengertian pada anak bahwa cara yang dilakukan tidaklah tepat.

Masalah kemandirian anak BAK dan BAB boleh dikatakan tidak ada perbedaan antara anak wanita dan laki-laki. Biasanya anak wanita lebih penurut, maka ia akan lebih cepat diajarkan untuk toilet training dibanding anak laki-laki. Namun demikian untuk mengajarkan toilet training pada laki-laki pun harus bisa.

Tanda si Kecil Siap
Beberapa tanda si kecil siap melakukan toilet training:

1. Tidak mengompol beberapa jam sehari, atau bila ia berhasil bangun tidur tanpa mengompol sedikit pun, -
2. Waktu buang airnya sudah bisa diperkirakan,
3. Sudah bisa memberitahu bila celana atau popok sekali pakainya sudah kotor ataupun basah.
4. Tertarik dengan kebiasaan masuk k€e dalam toilet, seperti kebiasaan orang-orang lain di dalam rumahnya.
5. Minta untuk diajari menggunakan toilet.

Tahapan Toilet Training

Mengajarkan toilet training memerlukan beberapa tahapan:

Biasakan menggunakan toilet pada buah hati untuk buang air.
Mulailah dengan membiasakan anak masuk ke dalam WC. Latih si kecil untuk duduk di toilet meski dengan pakaian lengkap. saat si kecil sedang membiasakan diri di toilet, Anda dapat menjelaskan kegunaan toilet. Nah, agar si kecil tidak takut di toilet, Anda dapat menemaninya sambil membacakan buku atau menyanyikan lagu kesayangannya.

Lakukan secara rutin pada si kecil ketika terlihat ingin buang air.
Sejak si kecil terbiasa dengan toiletnya, ajaklah ia untuk menggunakannya. Biarkan ia duduk di toilet pada waktu-waktu tertentu setiap hari, terutama 20 menit setelah bangun tidur dan seusai makan. Bila pada waktu-waktu itu, si kecil sudah duduk di toilet namun tidak ingin buang air, ajak ia segera keluar dari toilet. Bila sekali-sekali ia mengompol, itu merupakan hal yang normal. Anda juga tak perlu khawatir dan memaksanya bila si kecil kadang-kadang mogok dan tak mau ke toilet.

Pujilah bila ia berhasil, meskipun kemajuannya tidak secepat yang anda inginkan
Bila si anak mengalami kecelakaan segera bersihkan dan jangan menyalahkannya. Jadilah model yang baik, agar si kecil lebih mudah mengerti. Contohkan padanya bagaimana menggunakan toilet sehari-hari.

Sumber:
http://duniaanak.rawins.net/2008/12/toilet-training-sejak-dini.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar