Minggu, 23 Oktober 2011

Bayi Baru Lahir Perlu Ibu di Sampingnya Saat Tidur Malam

Bayi yang baru lahir seharusnya tidak dipisahkan dari orangtuanya. Studi menemukan bayi yang baru lahir perlu berada di dekat ibunya bahkan saat tidur di malam hari.
Sebuah studi yang dilaporkan dalam Biological Psychiatry menemukan adanya stres fisiologis yang signifikan dan bisa mengganggu pola tidur dialami oleh bayi yang berusia 2 hari dan secara fisik terpisah dari ibunya, meskipun berada pada ruangan yang sama.

Hasil studi ini menunjukkan bahwa kontak erat antara ibu dan bayi yang baru lahir dalam beberapa jam pertama kehidupannya sangatlah penting. Selain itu juga diketahui kondisi ini secara signifikan bisa meningkatkan keberhasilan menyusui.

Dalam studi ini peneliti memonitor detak jantung dari 16 bayi Afrika Selatan yang baru lahir dengan 10 bayi laki-laki dan 6 perempuan serta sang ibu berusia 17-40 tahun yang tidak memiliki komplikasi pasca persalinan.

Partisipan ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu bayi yang kontak langsung dengan ibunya serta bayi yang dipisahkan karena berada di box bayi dan menghadap ke arah ibunya.

Diketahui adanya kenaikan hampir 3 kali lipat dalam aktivitas sistem saraf otonom termasuk perubahan denyut jantung dan pernapasan pada bayi yang dipisahkan dari ibunya, serta bayi mengalami tidur yang tidak nyenyak.

Peneliti mengungkapkan pemisahan ini bisa menurunkan suhu tubuh yang berpengaruh pada pola tidurnya. Kondisi ini bisa mempengaruhi perkembangan selanjutnya dari si bayi, seperti dikutip dari Foxnews, Sabtu (22/10/2011).

Jika ibu berada dekat dengan si bayi maka ia akan berusaha untuk menyusui bayinya sehingga si bayi kemungkinan besar bisa mendapatkan kolostrum yang sangat bermanfaat untuk sistem imun dan meningkatkan keberhasilan menyusui. Serta bayi yang berada dalam dekapan ibunya akan jauh merasa nyaman dan tenang, terutama dalam dekapan dada sang ibu.

Sumber: Detik Health

Sabtu, 22 Oktober 2011

Ummi, Aku Cantik Tidak?

"Masya Allah... Cantiknyaaa...!" Aku kaget dan menoleh ke sumber suara. 
Aya, putriku yang belum genap 3 tahun tiba-tiba muncul di pintu.

"Jilbab balu ya Mi?"
Aku nyengir.  Aku hanya mencoba jilbab baru yang dipesan oleh adikku, sebelum dikirim.
"Iya, bukan milik ummi kok... Ini jilbab Ayuk Ila. Ummi ngepasin aja."
Dia menghampiriku yang masih berdiri di depan cermin.
"Subhanallaaahhh, cantiknyaaa..."
Aku nyengir lagi.  Tahu apa anak usia 2 tahunan ini tentang cantik. Hehe...
"Masa sih cantik?" Aku menggodanya.
Dia mengangguk kuat-kuat.  "Iyya, cantik!"
"Terima kasih ya Kak," Aku melepas jilbab yang tadi kupakai. Dia hanya memandangiku.
Lalu...
"Ummi, kalau aku, cantik tidak?"
Aku tersenyum lebar.
"Tentu saja. Kakak cantik, pintar, sholihah, baik dan sayang sama adik."
Aku memujinya.  Berharap bisa menemukan pendar di matanya seperti biasa kalau dia tengah bahagia.  Lalu senyum manisnya akan merekah.  Senyum yang selalu membuatku betah berada dekatnya.
Dia menggeleng, "Kakak tidak cantik Ummi."
Aku terkesiap, "Lho kenapa? Kata siapa?"
"Kan kakak tidak pakai jilbab..."
Aku menepuk jidatku.  Ingin rasanya tertawa keras-keras. Jadi cantik versi putriku ini adalah kalau perempuan itu memakai jilbab.  Kalau tidak pakai jilbab ya tidak cantik...


Karsuli Okt 2011

Ummi, ini apa namanya?

Aya, putri pertama saya usianya 2 tahun 8 bulan.  Seperti anak-anak sebayanya, selalu bereksplorasi dengan lingkungannya.  Seperti sore itu ketika saya memandikan adiknya,  Umar yang baru berusia 2 bulanan.
"Ummi, ini apa namanya?" Dia menunjuk tonjolan di perut adek. Sepertinya sudah agak lama dia mengamati itu.
"Itu namanya pu-sar" Aku menjawab dengan sedikit tekanan. Sementara tanganku masih sibuk menyabuni badan Umar. Acara memandikan adek selalu jadi kegembiraan mereka. Selain bisa bermain dengan  Umar yang anteeeng banget kalau mandi, mereka juga bisa membantu menyipratkan air ke badan Umar. Hemh, main air...ceritanya.
"Kakak juga punya, Mi..." Dia mengangkat bajunya.
"Ya, kakak punya. Dek Umar punya. Dek Irsyad juga punya" Aku membilas badan Umar yang sudah disabuni.
"Ummi, kalau yang ini apa?" Dia menunjuk kelamin Umar.
Hwadduh...menjawab apa ya? Hehehe, garuk-garuk kepala, sambil mutar otak dikit...
Aku tak ingin putriku yang cerdas ini mendapat jawaban yang ngawur hanya karena 'kebodohanku'. Akan lebih parah lagi jika aku memberikan konsep yg salah. Putriku ini daya ingatnya bagus sekali plus teguh pendirian. Dan aku yakin jika konsepnya salah, dia akan sukar 'diluruskan'.
Setelah agak lama, aku menjawab, "Namanya penis." .
Dia menganggukkan kepala dan mengulangi jawabanku dengan gerak bibir yang nyaris tak terbaca.
"Kayak Irsyad, Kakak nggak punya," Dia buka suara.
"Iya, karena kakak perempuan, jadi gak punya yang begini. Kalo dek Umar sama Irsyad kan laki-laki, jadi ada penisnya. " Aku menjelaskan. Dia mengangguk lalu pergi.
***
Jika anda jadi saya, jawaban apa yang akan anda berikan mengingat si penanya adalah seorang batita? Terlebih, benda yang ditanyakan adalah benda yang dianggap tabu di masyarakat kita.

Saya teringat tausiyah Ustadzah Herlini Amran ketika mengisi kajian di Masjid Rindang Garden Batuaji 2 tahun lalu. Waktu itu saya baru punya Aya dan tengah beradaptasi menjadi ibu.
Beliau menekankan bahwa menjawab pertanyaan anak (tentang seks khususnya) tidak boleh bohong, tidak menyesatkan, harus bijak dan disesuaikan dengan usia, kebutuhan dan pemahamannya.
Jika atas pertanyaan si kakak tadi, saya menjawab dengan kata 'burung' bijakkah? Bagaimana nanti jika dia membandingkan dengan burung betulan (merpati, gereja dan jenis-jenis burung lainnya yang sering dia lihat), lalu ada pertanyaan susulan,' kenapa ada burungnya?' atau 'burung kok kayak gitu?' atau lebih parah lagi, jika dia mendengar kata 'burung' yg terbayang dibenaknya adalah benda itu? Hohoho...saya berdosa dong karena menggiring pemahamannya ke sana.
Sudah bijakkah jawaban saya? Saya sendiri tidak tau. Yang jelas, dia mengambil kesimpulan sendiri dan benar. Saya tidak perlu memberikan penjelasan panjang lebar atau berbohong, atau ngawur menyikapi pertanyaannya.
Dan sepertinya dia cukup puas dengan jawaban saya.
Terlebih ketika dia meneriakkan, "Ummi...Ada air mancur!" ketika dek Umar yang belum lengkap pakaiannya pipis, saya merasa dia sudah melupakan pertanyaannya tadi...


Sekarsuli, 170711

Selasa, 11 Oktober 2011

Konspirasi di Balik Fatwa MUI : Vaksin Imunisasi Halal dan Baik?

Bertepatan dengan Aksi dan Orasi Stop Vaksin yang diadakan oleh Sharia4Indonesia -Divisi Pelayanan Umat Bidang Kesehatan- pada hari Sabtu (23/7/2011) di Bunderan HI Jakarta, ternyata PT Biofarma, produsen terbesar vaksin di Indonesia mengadakan acara tandingan bertajuk “Vaksin Imunisasi Halal dan Baik” di kantor MUI, Jalan Proklamasi Jakarta. Di acara tersebut, KH Maruf Amin, Ketua MUI menyatakan bahwa vaksin imunisasi itu halal dan baik! Ada konspirasi apa di balik pernyataan tersebut?
Siapa di balik Biofarma?
Sulit menampik adanya konspirasi jahat yang mensosialisasikan bahwa vaksin imunisasi itu halal dan baik. PT Biofarma, sebagai produsen vaksin milik negara, sekaligus pemasok tunggal vaksin program imunisasi nasional jelas berkepentingan agar masyarakat terus menyangka bahwa vaksin imunisasi itu halal dan baik.
Melalui situs resminya, www.biofarma.co.id PT Biofarma menyatakan diri ingin menjadi produsen vaksin global, memproduksi dan memasarkan vaksin berkualitas internasional untuk kebutuhan pemerintah, swasta nasional, dan internasional. Selain itu, PT Biofarma juga ingin mengembangkan inovasi vaksin yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
Sangat jelas terlihat bahwa PT Biofarma lebih berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan pasar (keuntungan materi) dengan penjualan vaksin sebesar-besarnya, bukan berfikir apakah produk vaksinya halal dan baik.
Jika menelusuri jejak awal pemberian vaksin, maka menurut Flexner Brother, sejarah vaksin modern menemukan bahwa yang mendanai vaksinasi pada manusia adalah keluarga Rockefeller, salah satu keluarga Yahudi dan anggota Zionisme Internasional.
Bukan kebetulan, kalau ternyata melalui keluarga Rockefeller didirikan lembaga kesehatan dunia, WHO dan lainnya. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Dr. Leonard Horowitz dalam  “WHO Issues H1N1 Swine Flu Propaganda” :
“The UN’s WHO was established the U.S Government’s National Science Foundation, the National Institute of Health (NIH), and earlier, the nation’s Public Health Service (PHS).”
WHO batasi penggunaan babi untuk bahan vaksin
Detikhealth.com  menurunkan berita “WHO Batasi Penggunaan Babi untuk Pembuatan Vaksin”. Sumber informasi ini bahkan disampaikan oleh peneliti senior PT Biofarma, Dr Neni Nurainy, Apt, dalam jumpa pers Forum Riset Vaksin Nasional 2011 di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (26/7/2011).
“WHO mulai membatasi, karena ada risiko transmisi dan itu sangat berbahaya. Misalnya penggunaan serum sapi bisa menularkan madcow (sapi gila).”
Dalam berita tersebut, PT Biofarma mengklaim sudah mulai menggunakan media non-animal origin sebagai unsure binatang. Salah satunya pada vaksin polio injeksi atau Injected Polio Vaccine (IPV), yang proses pembuatannya telah dipresentasikan di Majelis Ulama Indonesia. Betulkah demikian?
PT Biofarma, sebagai produsen terbesar vaksin untuk nasional dan internasional dan juga merupakan perusahaan yang berskala internasional sudah pasti pembuatan vaksinnya sesuai standard WHO. Jika WHO secara terang benderang menyatakan akan mengurangi penggunaan babi dalam pembuatan vaksin, maka selama ini WHO masih menggunakan babi dalam pembuatan vaksin. Tentu, begitu pula dengan PT Biofarma.
Profesor Jurnalis Uddin, seorang anggota MPKS (Majelis Pertimbangan Kesehatan dan Syarak), dalam sebuah acara dengan PT Biofarma dan Aventis untuk memberikan penjelasan tentang proses pembuatan vaksin polio mengungkapkan adanya tripsin babi dalam pembuatan vaksin polio, begitu juga dengan vaksin Meningitis yang diproduksi oleh Glaxo Smith Kline untuk para jama’ah haji.
Selain tripsin babi, produksi vaksin juga kerap menggunakan media biakan virus (sel kultur) yang berasal dari jaringan ginjal kera (sel vero), sel dari ginjal anjing, dan dari retina mata manusia.
Dori Ugiyadi, Kepala Divisi Produksi Vaksin Virus Biofarma membenarkan bahwa ketiga sel kultur tersebut dipakai untuk pengembangan vaksin influenza. “Di Biofarma, kita menggunakan sel ginjal monyet untuk produksi vaksin polio. Kemudian sel embrio ayam untuk produksi vaksin campak,” ujarnya.
Vaksin halal dan baik, fatwa pesanan?
Sebagai produsen vaksin terbesar di Indonesia, PT Biofarma sangat berkepentingan dengan MUI, terutama fatwa halalnya. Tercatat beberapa kali PT Biofarma sowan ke MUI untuk mendapatkan fatwa halal. Dengan demikian, pernyataan Ketua MUI, KH Maruf Amien, bahwa vaksin imunisasi halal dan baik, pada acara “Vaksin Imunisasi Halal dan Baik” di kantor MUI, Sabtu 23 Juli 2011, diduga kuat juga merupakan fatwa pesanan.
Tim dari Sharia4Indonesia-Divisi Pelayanan Umat Bidang Kesehatan-akhirnya meminta konfirmasi kepada Prof.Dr.Tuntedja, dari LP POM MUI, tentang sertifikat halal dari semua vaksin yang telah diproduksi oleh PT Biofarma. Ternyata, beliau memberikan jawaban bahwa PT Biofarma belum mendapatkan itu bahkan belum mendaftarkan diri untuk diaudit.
Atas jawaban ini, maka sangat perlu dipertanyakan fatwa MUI melalui KH Maruf Amin yang dengan beraninya telah menyatakan bahwa vaksin imunisasi halal dan baik. Bukankah ini sebuah kebohongan publik yang sangat tidak pantas dilakukan oleh MUI? Hal ini karena meskipun KH Maruf Amin adalah Ketua MUI, namun beliau tidak berhak dan tidak berkompeten untuk menyatakan sebuah produk halal atau haram sebelum produk tersebut diauudit oleh lembaga yang bertanggung jawab untuk memberikan Sertifikat Halal, yaitu LP POM MUI.
Meskipun KH Maruf Amin seorang ulama, harus ada ilmu khusus untuk menyatakan sebuah produk itu halal atau haram, terutama mengetahui bahan-bahan pembuatan vaksin, seperti ilmu mikrobiologi, biokimia, uji DNA, dan ilmu-ilmu pendukung lainnya yang selama ini telah dikuasai oleh auditor LP POM MUI. Dengan demikian pernyataan KH Maruf Amin bahwa vaksin imunisasi itu halal dan baik tidak sah dan harus digugat!
Hal bertentangan juga disampaikan oleh Dra.Hj.Welya Safitri, M.Si., Wakil Sekjen MUI. Beliau mengatakan bahwa MUI tidak pernah menghalalkan vaksin yang diproduksi oleh PT Biofarma.
Direktur LP POM MUI, Nadzatuzzaman, dalam sebuah kesempatan pernah mengatakan bahwa kebanyakan vaksin yang ada saat ini dibuat melalui porcine (enzim protease dari babi) yang ada pada babi.
“Yang mengembangkan adalah negara barat yang tidak mempermasalahkkan halal-haram, sebenarnya enzim tersebut juga ada pada sapi. Tapi ilmuan tetap memakai babi, karena 96 % DNA babi mirip dengan DNA manusia,” ujarnya.
Lalu, mengapa sampai keluar pernyataan dari Ketua MUI, KH Maruf Amin, bahwa vaksin imunisasi itu baik dan halal? Inilah kuatnya aroma konspirasi medis untuk menghalalkan vaksin yang sebenarnya sangat berbahaya dan dapat menghancurkan umat manusia tersebut.
Dengan demikian, bisa jadi pernyataan tersebut memang merupakan fatwa pesanan dari PT Biofarma sebagai produsen vaksin terbesar di negeri ini yang lalu disebarluaskan oleh media mereka sendiri. Untuk itu, ummat Islam harus menggugat fatwa pesanan bahwa vaksin imunisasi itu halal dan baik yang telah dikeluarkan oleh MUI. Bukankah Allah SWT., berfirman :
“Janganlah engkau campur adukan yang hak dengan yang batil, dan janganlah engkau tutupi kebenaran, padahal engkau mengetahui.” (QS. Al Baqarah : 42)
Untuk itu, harus ada pelurusan berita, edukasi, dan sosialisasi bahaya vaksin imunisasi bagi umat manusia, dan kemudian tentu saja memberikan solusinya, halal dan baik. Insya Allah! [Talazum] 

http://www.voa-islam.com/news/citizens-jurnalism

Senin, 03 Oktober 2011

DEMAM: Tinjauan Islam dan Terapinya

Demam, meriang atau nggreges, atau istilah lainnya sering kita pakai bila suhu tubuh naik tiba-tiba.  Hampir setiap orang pernah mengalami demam.  Demam ditandai panas tubuh berlebih, bahkan terkadang terasa membara, sehingga dalam kondisi demikian seseorang kadang memilih meringkuk, berbaring sambil menutupi tubuhnya dengan selimut, membungkus kaki, kadang sampai menutupi kepala.  Ada juga yang memakai jaket dengan tujuan supaya keluar keringat, dan tidak lagi menggigil seperti orang yang kedinginan.

Kalangan dokter konvensional menyimpulkan bahwa demam adalah gejala naiknya suhu tubuh melebihi batas normal (>37oC) sebagai respon normal tubuh terhadap suatu gangguan.  Demam sendiri dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
1. Demam  karena infeksi, yang suhunya bisa mencapai lebih dari 38oC. Penyebabnya beragam yakni infeksi virus (seperti flu, cacar, campak, DBD, flu burung, dll) dan bakteri (tifus, radang saluran pernafasan, dll)
2. Demam non-infeksi seperti tumor, kanker dan akibat dari rhemautoid arthritis.
3. Demam fisiologis, seperti kekurangan cairan (dehidrasi), akibat suhu yang terlalu panas, olah raga yangg berlebihan, dll.

Tanda-tanda Demam
Diantara tanda dan gejala demam antara lain badan panas bila disentuh, pernafasan meningkat, wajah merah, tidak aktif dan lemah, senantiasa mau tidur, resah-gelisah, tidak ada selera makan dan menggigil.

Tuntunan Rasalullah dalam menghadapi demam

Rasulullah saw bersabda, "Janganlah mencela demam, karena demam dapat menghapuskan dosa sebagaimana api melenyapkan karat pada besi" (HR. Muslim).
Hadits ini ini adalah sebuah fakta yang sangat menarik dan akhirnya terbukti secara medis berabad kemudian tanpa cacat kesimpulan sedikitpun dari makna yg terkandung di dalamnya.  Subhanallah, larangan mencela demam ternyata sangat berharga bagi mereka yang mengalami demam.  Untuk itu para sahabat begitu tenang dan senang ketika demam.  Bahkan Abu Hurairah  berkata: "Tidak ada penyakit yang menimpaku yang lebih aku sukai daripada demam.  Karena demam merasuki anggota tubuhku.  Sementara Allah akan memberikan pahala pada setiap organ tubuh yang terkena demam."
Menurut Ibnu Qoyyim dalam sebuah atsar yang belum diketahui kedudukannya diriwayatkan:"Demam sehari dapat menghapuskan dosa setahun."
Riwayat ini memiliki 2 pengertian:
1. Bahwa demam itu meresap ke dalam anggota tubuh dan sendi-sendinya, sementara jumlah sendi-sendi tubuh ada 360.  Maka demam itu dapat mengapus dosa sejumlah sendi-sendi tersebut, dalam satu hari.
2. Demam memberi pengaruh kepada tubuh, namun yang tidak akan hilang seratus persen  dlam setahun.  Rasulullah saw bersabda,"Barangsiapa menenggak minuman keras, maka sholatnya tidak akan diterima selama 40 hari."  Karena pengaruh minuman keras itu masih tetapp da di tubuhnya, pembuluh nadi dan anggota tubuh selama 40 hari.

Pada kenyataannya demam bisa sangat bermanfaat bagi tubuh bahkan bisa berfungsi sebagai obat.  Seringkali, demam sehari menjadi faktor pematangan berbagai unsur berat yang berguna bagi membongkar sumbatan-sumbatan pada tubuh yang tidak bisa diatasi dengan obat.  Selain itu penyakit mata yang terjadi pada usia dini dan lanjut seringkali daat disembuhkan oleh demam secara ajaib dan cepat.  Demam juga berguna mengatasi penurunan stamina dan konvulsi berat serta berbagai penyakit yang ditimbulkan oleh kotoran-kotoran berat dalam tubuh.

Terapi demam cara Rasulullah saw

Segala bentuk kondisi demam saat panas tubuh meningkat tajam dapat diterapi dengan menggunakan air dengan 3 cara:
1. Dari arah luar dengan cara mengompres dengan air dingin atau air es yang tujuannya untuk menurunkan panas.  Hal ini sudah umum kita lakukan.
2. Meneguk air melalui melalui mulut sebanyak mungkin ketika demam.  hal ini dapat membantu seluruh organ tubuh tterutama dua ginjal untuk kembali normal beraktifitas.
3. Mandi dengan air dingin. 
Nah, untuk yang satu ini, agak kontroversi dengan yang umum kita lakukan.  Saya juga baru tahu dan yakin setelah mencobakannya pada anak saya. :)

Landasan ketiga metode ini adalah hadits Rasulullah saw :
"Sesungguhnya demam itu atau demam yang berat itu berasal dari uap api jahannam.  Maka dinginkanlah dengan air."
Hadits shahih ini dikeluarkan oleh An Nasa'i, Ibnu Majah, Malik dan Ahmad.
Abu Nu'aim dan ulama lain menceritakan senuah hadits dari Anas yg berderajat marfu': "Kalau salah seorang diantara kalian demam, hendaknya ia mengguyur tubuhnya dengan air dingin selama 3 malam di waktu fajar".
Dalam kitab Musnad dan selainnya dari hadits Al Hasan dan Samurah dengan derajat marfu', "Demam adalah sebagian dari pakaian api neraka, maka dinginkanlah api itu dari kalian dengan air dingin."
Rasulullah saw sendiri apabila demam, beliau meminta diambilkan air satu qirbah (tempat air terbuat dari kulit)

lalu beliau guyurkan ke kepala beliau, lalu beliau mandi.
Diriwayatkan oleh At Tirmidzi dalam Jami'nya dari hadits Rafi bin Khudaaij secara marfu', "Apabila salah seorang dari kalian terserang demam-sedangkan demam itu ialah percikan api neraka-hendaknya ia memadamkan demam itu dengan air dingin atau berendam di sungai yang mengalir.  Hendaknya ia mengucapkan: Bismillah, Allahumma isyfi 'abdaka, wa shoddiq rosuulaka. (Dengan nama-Mu ya Allah, sembuhkanlah penyakit hamba-Mu ini dan luruskanlah petunjuk Rasul-Mu).

Allahu a'lam bisshowab.
Sumber : Tabloid bekam, dengan pengeditan.